BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam amino
adalah komponen utama protein, yang ditemukan dalam semua organisme hidup dan
memainkan peranan dalam sel hidup. Zat ini dibutuhkan untuk perturnbuhan normal
anak-anak dan bagi orang-orang dewasa asam amino dibutuhkan untuk menjaga
kesehatan. Tubuh dapat mensintesis beberapa asam amino, tetapi tidak semua. Ada
8 sampai 10 asam amino esensial yang harus ada dalam makanan. Asam-asam amino
ini tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga harus tersedia dalam makanan.
Protein
sangatlah dibutuhkan oleh tubuh kita ,karena protein berfungsi sebagai salah
satu sumber energi yang dibutuh kan tubuh.selain itu pula protein juga berperan
dalam sintesis hormon dan pembentukan enzim dan antibodi.Protein juga
dibutuhkan bagi tubuh dalam jumlah yang besar sehngga bila kita kekurangan
protein akan mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit yang berbahaya bagi
tubuh kita.
Maka dari itu dalam laporan ini akan dibahas mengenai
identifikasi protein dan asam amino yang meliputi reaksi-reaksi warna yang
terjadi, ada atau tidaknya unsur N dalam suatu sampel yang akan digunakan serta
mengenai denaturasi protein itu sendiri.
1.2 Tujuan
Untuk
melakukan analisis dan identifikasi protein dan asam amino.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata protein sebenarnya berasal dari kata Yunani
yang berarti pertama yang paling penting, asal dari kata protos. Protein terdiri dari bermacam-macam golongan makromolekul
heterogen. Walaupun demikian semuanya merupakan turunan dari polipeptida dengan
berat molekul yang tinggi, secara kimia dapat dibedakan antara protein
sederhana yang terdiri dari polipeptida dengan berat molekkul yang tinggi.
Secara kimia dapat dibedakan antara protein sederhana
yang terdiri dari polipeptida dan protein kompleks yang mengandung zat-zat
makanan tambahan seperti hern, karbohidrat, lipid atau asam nukleat. Untuk
protein kompleks, bagian polipeptida dinamakan aproprotein dan keseluruhannya
dinamakan haloprotein. Secara fungsional protein juga menunjukkan banyak
perbedaan. Dalam sel mereka berfungsi sebagai enzim, bahan bangunan, pelumas
dan molekul pengemban. Tapi sebenarnya protein merupakan polimer alam yang
tersusun dari berbagai asam amino melalui ikatan peptida (Hart, 1987).
Protein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai
berat molekul besar antara ribuan hingga jutaan satuan(g/mol). Protein tersusun
dari atom-atom C,H,O dan N ditambah beberapa unsur lainnya seperti P dan S.
Atom-atom itu membentuk unit-unit asam amino. Urutan asam amino dalam protein
maupun hubungan antara asam amino satu dengan yang lain, menentukan sifat
biologis suatu protein. (Girinda, 1990).
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur
C,H,O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul protein
mengandung gula terpor belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur
logam seperti besi dan tembaga. (Winarnno, 1997).
Kunci ribuan protein yang berbeda strukturnya adalah
gugus pada molekul unit pembangunan protein yang relatif sederhana dibangun
dari rangkaian dasar yang sama, dari 20 asam amino mempunyai rantai samping
yang khusus, yang berikatan kovalen dalam urutan yang khas. Karena
masing-masing asam amino mempunyai rantai samping yang khusus yang memberikan
sifat kimia masing-masing individu, kelompok 20 unit pembangunan ini dapat dianggap
sebagai abjad struktur protein. (Lehninger, 1996).
Fungsi Protein
·
Sebagai Enzim
Hampir semua
reaksi biologis dipercepat atau di bantu oleh suatu senyawa makromolekul
spesifik yang disebut enzim, dari reaksi yang sangat sederhana seperti reaksi
transportasi karbondioksida yang sangat rumit seperti replikasi kromosom.
Protein besar peranannya terhadap perubahab-perubahan kimia dalam system
biologis.
·
Alat Pengangkut dan Penyimpanan
Banyak
molekul dengan MB kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau dipindahkan oleh
protein-protein tertentu. Misalnya hemoglobin mengangkut oksigen dalam
eritrosit, sedangkan mioglobin mengangkut oksigen dalam otot.
·
Pengatur Pergerakan
Protein
merupakan komponen utama daging, gerakan otot terjadi karena adanya dua molekul
protein yang saling bergeseran.
·
Penunjang Mekanik
Kekuatan dan
daya tahan robek kulit dan tulang disebebkan adanya kolagen, suatu protein
berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk serabut
·
Pertahanan Tubuh atau Imunisasi
Pertahanan
tubuh biasanya dalam bentuk antibody, yaitu suatu protein khusus yang dapat
mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh
seperti virus, bakteri, dan sel-sel asing lain.
·
Media Perambatan Impuls Saraf
Protein yang
mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya rodopsin, suatu
protein yang bertindak sebagai reseptor penerima warna atau cahaya pada sel-sel
mata
·
Pengendalian Pertumbuhan
Protein ini
bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat mempengaruhi fungsi
bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan karakter bahan. (Lehninger, 1996)
Sifat-Sifat Fisikokimia Protein
·
Sifat fisikokimia setiap protein tidak sama, tergantung pada jumlah dan
jenis asam aminonnya
·
Berat molekul protein sangat besar
·
Ada protein yang larut dalam air, ada pula yang tidak larut dalam air,
tetapi semua protein tidak larut dalam pelarut lemak
·
Bila dalam suatu larutan protein ditambahkan garam, daya larut protein akan
berkurang, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Peristiwa pemisahan
protein ini disebut salting out
·
Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan alkohol maka protein akan
menggumpal
·
Protein dapat bereaksi dengan asam dan basa
Struktur Protein
Struktur protein distabilkan oleh 2 macam ikatan yang
kuat (peptida dan sulfida) dan dua macam ikatan yang lemah(hidrogen dan
hidrofobik). Ikatan peptida adalah struktur primer protein yang berasal dari
gabungan asam amino L-alfa oleh ikatan alfa-peptida. Bukti utama untuk ikatan
peptida sebagai ikatan struktur primer dituliskan sebagai berikut:
a. Protease
adalah enzim yang menghidrolisis protein, menghaslkan polipeptida sebagai
produknya. Enzim ini juga menghidrolisis ikatan peptida protein.
b. Spektrum inframerah protein menunjukkan adanya banyak ikatan peptida
b. Spektrum inframerah protein menunjukkan adanya banyak ikatan peptida
c. Dua
protein, insulin dan ribonuklease telah disintesis hanya dengan menggabungkan
asam-asam amino dengan ikatan peptida.
d. Protein
mempunyai sedikit gugus karboksil dan gugus amina yang dapat dititrasi.
e. Protein
dan polipeptida sintetik bereaksi dengan pereaksi biuret, membentuk warna merah
lembayung. Reaksi ini spesifik untuk 2 ikatan peptida atau lebih.
f.
Penyediaan difraksi sinar X pada tingkat kekuatan pisah 0,2mm telah menyajikan
identifikasi ikatan peptida pada protein mioglobin dan hemoglobin. (Winarno,
1997)
Uji Biuret
Pada uji biuret, ketika beberapa tetes larutan CuSO4
yang sangat encer ditambahkan pada alkali kuat dari peptida atau protein dihasilkan
warna ungu, adalah test yang umum untuk protein dan diberikan oleh peptida yang
berisi dua atau lebih rantai peptida. Biuret dibentuk dengan pemanasan urea dan
mempunyai struktur mirip dengan struktur peptida dari protein(Routh, 1969)
Uji Millon
Uji Millon
yang menggunakan pereaksi Milon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam
asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein maka akan
menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan.
Pada dasarnya rekasi ini positif untuk fenol karena terbentuknya senyawa
merkuri dengan gugus hidroksil yang berwarna. Tetapi khusus untuk proteoso dan
pepton secara langsung akan menghasilkan larutan yang berwarna merah. Endapan
yang terbentuk berupa garam kompleks dari tirosin yang ternitrasi. Jika larutan
protein yang akan dianalisis ada dalam suasana basa, maka terlebih dahulu harus
dinetralisasi dengan asam (bukan HCl). Jika tidak ion merkuri dari pereaksi
akan mengendap sebagai Hg(OH)2. Ion Cl- dapat bereaksi
dengan asam nitrat menghasilkan radikal klor (Cl2). Radikal klor
dapat merusak kompleks berwarna.
Uji Nihidrin
Uji
Ninhidrin terjadi apabila ninhidrin dipanaskan bersama asam amino maka akan
terbentuk kompleks berwarna. Asam amino dapat ditentukan secara kuntitatif
dengan jalan menggunakan intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan
konsentrasi asam amino tersebut. Pada reaksi ini dilepaskan CO2 dan
NH4 sehingga asam amino dapat ditentukan secara kuantitatif dengan
mengukur jumlah CO2 dan NH3 yang dilepaskan. Prolin dan
hidroksi prolin menghasilkan warna kompleks yang berbeda warnanya dengan asam
amino lainnya. Kompleks berwarna yang terbentuk mengandung dua molekul
ninhidrin yang bereaksi dengan ammonia yang dilepaskan pada oksidasi asam
amino. Hasil uji positif pada uji ninhidrin diberikan pada asam amino yang
mengandung asam α-amino dan peptida yang memiliki gugus α-amino yang bebas.
Uji Xanthoprotein
Uji xantoprotein dapat digunakan untuk menguji atau
mengidentifikasi adanya senyawa protein karena uji xantoprotein dapat
menunjukan adanya senyawa asam amino yang memiliki cincin benzene seperti
fenilalanin, tirosin, dan tripofan. Langkah pengujianya adalah larutan yang
diduga mengandung senyawa protein ditambahkan larutan asam nitrat pekat sehingga
terbentuk endapan berwarna putih. Apabila larutan tersebut mengandung protein
maka endapat putih tersebut apabila di[anaskan akan berubah menjadi warna
kuning.
Uji Pengendapan dengan Logam
Pada pH di
atas titik isoelektrik protein bermuatan negative, sedangkan di bawah titik
isoelektrik protein bermuatan positif. Olehkarena itu untuk mengendapkan
protein dengan ion logam diperlukan pH larutan di atas titik isoelektrik,
sedangkan untuk pengendapan protein dengan ion negative memerlukan pH larutan
di bawah titik isoelektrik. Ion- ion positif yang dapat mengendapkan protein
adalah Ag+, Ca2+, Zn2+, Hg2+,Pb2+,Cu2+,Fe2+.
Sedangkan ion-ion negative yang dapat mengendapkan protein adalah ion
salisilat, trikloroasetat, pikrat, tanat dan sulfosalisilat(Riawan, 1990)
Uji Pengendapan dengan Garam
Pembentukan
senyawa tak larut antara protein dengan ammonium sulfat. Apabila terdapat
garam-garam anorganik dalam konsentrasi tinggi dalam larutan protein(albumin
dan gelatin), maka kelarutan protein akan berkurang sehingga terjadi
pengendapan protein. Teori menyebutkan bahwa sifat tersebut terjadi karena ion
garam mampu mengikat air(terhidrasi) sehingga berkompetisi dengan molekul
protein dalam mengikat air.
Uji Pengendapan dengan Alkohol
Protein
dapat diendapkan dengan penambahan alkohol. Pelarut organic dapat merubah atau
mengurangi konstanta dielektrika dari air sehingga kelarutan protein berkurang,
dan karena juga alkohol berkompetisi dengan protein terhadap air.
Uji Koagulasi
Protein
dengan penambahan asam atau pemanasan akan terjadi koagulasi. Pada pH
iso-elektrik ( pH pada larutan tertentu biasanya sekitar 4-4,5 dimana protein
mempunyai muatan positiof dan muatan negative sama, sehingga saling
menetralkan) kelarutan protein sangat menurun atau mengendap. Pada temperature
diatas 60 kelrutan akan berkurang (koagulasi) karena
pada temperature yang tinggi energy kinetic protein meningkat sehingga terjadi
getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan atau struktur sekunder, tersier
dan kuarterner koagulasi.
Uji Denaturasi Protein
Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat
struktur lebih tinggi oleh terkacaunya ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder
lain yang memutuskan molekul protein. Akibat dari suatu denaturasi adalah hilangnya
banyak sifat-sifat biologis suatu protein(Fessenden, 1989).
Salah satu
penyebab denaturasi protein adalah perubahan temperatur, dan juga perubahan pH.
Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan denaturasi adalah detergent, radiasi
zat pengoksidasi atau pereduksi, dan perubahan jenis pelarut. Denaturasi dapat
bersifat reversibel, jika suatu protein hanya dikenai kondisi denaturasi yang
lembut seperti perubahan pH. Jika protein dikembangkan kelingkungan alamnya,
hal ini untuk memperoleh kembali struktur lebih tingginya yang alamiah dalam
suatu proses yang disebut denaturasi. Denaturasi umumnya sangat lambat atau
tidak terjadi sama sekali(Fessenden, 1989).
Denaturasi
protein juga dapat diartikan suatu proses terpecahnya ikatan hydrogen, ikatan
garam atau bila susuna ruang atau rantai
polipeptida suatu molekul protein berubah. Dengan perkataan lain denaturasi
adalah terjadi kerusakan struktur primer, sekunder, tersier dan struktur
kuarterner, tetapi struktur primer (ikatan peptida) masih utuh.
Struktur protein dapat dilihat
sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat I), sekunder (tingklat
II), tersier (tingkat III), dan kuarterner (tingkat IV).
Struktur Primer Protein
Protein yang dibentuk dengan asama amino tergabung
dalam ikatan polipeptida. Setiap asam amino terhubung dengan asam amino
lainnya dalam ikatan peptida yang terbentuk karena adanya reaksi
kondensasi gugus karboksil pada setiap masing-masing asam amino.
Struktur Asam amino primer
Pada ujung dari rangkaian polipeptida yang terbentuk
mempunyai sifat kimia yang berbeda: satu ujung mempunyai gugus amino bebas (N
atau amino, NH2-) disisi satunya, sedangkan mempunyai gugus karboksil bebas
(ujung C atau karboksil, COOH-) pada ujung satunya. Oleh karena itu, arah
polipeptida dan dituliskan baik N→C (kiri ke kanan) maupun C →N (kanan ke
kiri).
Struktur Sekunder Protein
Pada struktur sekunder, rangkaian polipeptida memiliki
konformasi yang berbeda. Bersifat reguler dan memiliki pola lipatan berulang
dari rangka protein. Dua tipe umum struktur protein sekunder yaitu α-heliks dan
β-sheet. Keduanya terbentuk karena ikatan hidrogen yang terjadi antara asam
amino yang berbeda pada polipeptida.
Struktur Tersier
Struktur polipeptida yang terjadi dari lipatan
komponen struktur sekunder polipeptida yang membentuk konfigurasi tiga dimensi.
Bermacam-macam gaya ikatan hidrogen antar asam amino yang terjadi pada
rangkaian polipeptida inilah maka disebur struktur tersier. Disertai gaya
hidrofobik rangkaian ini menempatkannya (asam amino gugus non-polar) dibagian
dalam protein dengan tujuan melindunginya dari air. Selain ikatan hidrogen,
terdapat juga ikatan kovalen yang disebut juga sebagai jembatan disulfide
antara asam amino sistein di berbagai macam posisi pada rangkaian polipeptida.
Struktur Kuartener Protein
Asosiasi yang terjadi antara dua atau lebih rangkaian
polipeptida, dimana masing-masing terlipat menjadi struktur tersier, menjadi
protein multisubunit. Tidak semua protein membentuk struktur kuaternair. Antara
rangkian polipeptida yang berbeda struktur protein terikat dengan jembatan
disulfide. Sedangkan pada protein yang terdiri dari asosiasi subunit yang lebih
lemah akan dihubungkan dengan ikatan hidrogen dan efek hidrofobik. Protein ini
dapat kembali pada komponen polipeptidanya, atau berubah komposisi subunitnya
tergantung pada kebutuhan fungsinya. Singkatnya, struktur kuartener
menggambarkan subunit-subunit yang berbeda dipak bersama-sama membentuk
struktur protein.
(Wibowo,
luqman, 2009)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
·
Tabung
reaksi
·
Penjepit
tabung reaksi
·
Gelas ukur
50 ml/100 ml
·
Pipet ukur
10 ml pakai pengisap
·
Gelas piala
50 ml
·
Spatel
·
Timbangan
analitik
·
Sikat tabung
reaksi
·
Batang
pengaduk kaca
·
Corong 0,5
cm
·
Rak tabung
reaksi
·
Gelas ukur
25 ml
·
Pipet ukur 5
ml pakai pengisap
·
Penangas air
·
Lumpang
·
Spatula
·
Botol
semprot
·
Pipet tetes
Bahan yang digunakan :
·
Hg-Nitrat
(Hg2(NO3)2)
·
Asam Nitrat
(HNO3)
·
Fenol
(C6H5-OH)
·
Urea
(CO(NH2)2)
·
Amonium
Sulfat (NH4)2SO4)
·
Hg-Khlorida
(Hg2Cl2)
·
Asam klorida
(HCl)
·
Asam Pikrat
·
Hg-Nitrit
(Hg2(NO2)2)
·
Natrium
Hidroksida (NaOH)
·
Kupri Sulfat
(CuSO4)
·
Kertas
Lakmus
·
Pb. Asetat
(CH3COO)2Pb)
·
Perak Nitrat
(AgNO3)
·
Buffer
Asetat
·
Asam trikhor
asetat
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 PERCOBAAN I : UJI ADANYA UNSUR N PADA PROTEIN
·
Nitrogen
akan mereaksi dengan NaOH membentuk senyawa amonia yang bersifat basa.
·
Masukkan
sedikit bahan /sampel /contoh /cuplikan kedalam tabung reaksi dan tambahkan
kristal NaOH sebanyak dua kali jumlah bahan.
·
Panaskan
hati-hati dan perhatikan bau yang menyebar atau reaksi uapnya pada kertas
lakmus merah yang dibasahi air.
3.2.2 PERCOBAAN II : UJI BIURET
·
Masukkan 3
ml larutan protein (konsentrasi 2 ) ke dalam tabung
reaksi.
·
Tambahkan 1 ml NaOH 40%.
·
Tambahkan setetes demi setetes larutan 0,5 % CuSO4
sehingga terjadi warna merah muda atau ungu.
·
Selanjutnya pada tabung reaksi yang lain, panaskan
sedikit urea di dalam tabung reaksi di atas api kecil hingga cair dan mendidih
(hati-hati jangan sampai menjadi arang).
·
Tambahkan 1 ml NaOH 40%.
·
Tambahkan setetes demi setetes larutan 0,5 % CuSO4
amati apa yang terjadi.
3.2.3 PERCOBAAN
III : UJI XANTHOPROTEIN
·
Masukkan 3 ml larutan protein (konsentrasi 2 %) ke
dalam tabung reaksi.
·
Tambahkan 1 ml HNO3 pekat.
·
Panaskan campuran sampai larutan menjadi kuning tua
hati-hati jangan sampai terhirup uap /asap saat proses pemanasan.
·
Dinginkan tabung dengan kran air mengalir.
·
Tambahkan amonia hingga warnanya berubah menjadi
jingga, atau tambahkan setetes demi setetes larutan NaOH pekat sampai larutan
dalam tabung menjadi basa (uji dengan lakmus merah) dan amati perubahan warna
yang terjadi.
Catatan :
·
Beberapa senyawa benzena juga memeberi reaksi yang
positiif.
·
Lakukan uji xanthoprotein ini dengan larutan fenol 2
%.
3.2.4 PERCOBAAN
IV : UJI MILLON
·
Masukkan 2 ml larutan protein (konsentrasi 2 %)
kedalam tabung reaksi.
·
Tambahkan 1 ml pereaksi merkurisulfat (1 % HgSo4)
dilarutkan dalam 10% asam sulfat).
·
Panaskan campuran ini, mungkin terbentuk endapan
kuning.
·
Dinginkan tabung dengan air mengalir.
·
Tambahkan 1 tetes larutan NaNO2 1%.
·
Panaskan lagi, endapan atau larutannya akan menjadi
merah.
3.2.5 PERCOBAAN V
: UJI NIHIDRIN
·
Atau pH larutan protein sampai 0,5 % sampai pH 7.
·
Ambil 1 ml larutan protein tersebut (dalam tabung
reaksi), tambahkan 10 tetes larutan nihidrin 0,2 %.
·
Panaskan pada suhu 100 selama 10 menit
·
Amati perubahan yang terjadi.
3.2.6 PERCOBAAN
VI : PENGENDAPAN PROTEIN
3.2.6.1
Pengendapan Amonium Sulfat
·
Ambil 3-4 ml larutan protein ke dalam tabung reaksi.
·
Tambahkan 3-4 ml larutan jenuh amonium sulfat, kocok
tabung ini pelan-pelan, larutan protein menjadi keruh.
·
Pindahkan 1 ml larutan protein keruh tersebut ke dalam
tabung reaksi dan tambahkan 2-3 ml aquades.
·
Kocok, akan diperoleh larutan jernih kembali (endapan
larut).
3.2.6.2
Pengendapan dengan Mineral Pekat
·
Siapkan dua buah tabung reaksi, masing-masing masukkan
1 ml HNO3 pekat dan 1 ml HCl pekat.
·
Miringkan tabung-tabung tersebut dan tambahkan 1-1,5
ml larutan protein setetes demi setetes lewat dinding tabung.
·
Tegakkan kembali tabung tersebut dan diamkan sejenak
diperoleh cincin putih sebagai endapan protein.
·
Kocok tabung reaksi kembali dan tambahkan kembali
asam-asam tersebut.
·
Pada tabung asam nitrat (HNO3) diperoleh endapan yang
lebih banyak sedang asam klorida diperoleh larutan jernih endapan larut pada
asam klorida (HCl) berlebihan.
3.2.7 PERCOBAAN
VII : DENATURASI, FLOKASI, DAN KOAGULASI
·
Tuangkan 3 ml bahan / sampel kedalam tabung reaksi.
·
Panaskan sampai mendidih selama beberapa menit (dengan
api kecil).
·
Amati dan jelaskan apa yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil
pengamatan unsur N pada protein
No
|
Bahan /sampel
|
Parameter
Analisa
|
|
bau
|
Warna Lakmus
|
||
1
|
Kacang Hijau
|
Biru
|
|
2
|
Putih Telur
|
Biru
|
|
3
|
Kaldu
|
Biru
|
|
4
|
Susu
|
-
|
Merah
|
5
|
Susu kedelai
|
Biru
|
Tabel 1.2 Hasil pengamatan uji warna
No
|
Bahan/sampel
|
Uji Warna
|
|||
Biuret
|
Xanthoprotein
|
Millon
|
Nihidrin
|
||
1
|
Kacang
Hijau
|
Biru
|
Jingga
|
Kuning
|
Kuning
tetap
|
2
|
Putih
Telur
|
Ungu
|
Jingga
|
Merah
|
Ungu pekat
|
3
|
Kaldu
|
Biru
|
Bening
kuning
|
Putih
|
Coklat
kehitaman
|
4
|
Susu
|
Ungu
|
Jingga
pekat
|
Merah
|
Ungu pekat
|
5
|
Susu
Kedelai
|
ungu
|
jingga
|
Merah
|
Ungu
kebiruan
|
Tabel 1.3 Hasil pengamatan pengendapan dan denaturasi
protein
No
|
Bahan /sampel
|
Parameter Analisa
|
|
Amonium
Sulfat
|
Mineral Pekat
|
||
1
|
Kacang
hijau
|
Agak keruh
(endapan larut)
|
-
|
2
|
Putih
telur
|
Keruh
menjadi bening (endapan larut)
|
-
|
3
|
Kaldu
|
Puti beku
hingga menjadi putih (endapan larut)
|
-
|
4
|
Susu
|
Agak keruh
(endapan larut)
|
·
1 ml HNO3
(endapan)
·
2 ml HNO3
(endapan)
·
1 ml HCl
(endapan)
·
2 ml HCl (tidak ada endapan)
|
5
|
Susu
kedelai
|
Keruh
menjadi agak keruh (endapan larut)
|
·
1 ml HNO3
(tidak ada endapan)
·
1 ml HCl
(tidak ada endapan)
·
2 ml HNO3
(tidak ada endapan)
·
2 ml HCl
(tidak ada endapan)
|
4.2 Pembahasan
Dalam percobaan uji adanya unsur N pada protein dengan
sampel kacang hijau, putih telur, kaldu, susu, dan susu kedelai yang diamati
adalah bau dam warna yang terbentuk jika dilakukan dengan kertas lakmus. Pada
sampel kacang hijau terdapat bau dan warna kertas lakmus yang terbentuk adalah
biru yang berarti sampel tersebut bersifat basa.
Sedangkan dalam percobaan uji warna protein yaitu uji
biuret dimana jika sampel tersebut berwarna ungu berarti sampel tersebut
positif terhadap ujiwarna biuret menunjukkan adanya protein didalam sampel
tersebut. Pada sampel kacang hijau dan kaldu diperoleh warna biru, mungkin agak
tidak sesuai dengan teori yang dihasilkan, hal tersebut mungkin disebabkan oleh
ketidaktelitian dalam melakukan uji warna biuret tersebut. Untuk sampel putih
telur, susu, dan susu kedelai warna yang diperoleh adalah ungu sesuai dengan
teori yang telah ada bahwa didalam sampel tersebut mengandung unsur protein.
Uji xanthoprotein dapat digunakan untuk menguji atau
mengidentifikasi adanya senyawa protein karena uji xantoprotein dapat
menunjukan adanya senyawa asam amino apabila larutan tersebut mengandung
protein maka endapat putih tersebut apabila dipanaskan akan berubah menjadi
warna kuning atau jingga. Dalam sampel kacang hijau, putih telur, susu dan susu
kedelai diperoleh warna jingga, sedangkan pada sampel kaldu dihasilkan warna
bening kuning dimana hal tersebut masih menunjukkan adanya protein dalam sampel
tersebut sesuai dengan teori yang ada pada uji warna xanthoprotein.
Uji Millon
yang menggunakan pereaksi Milon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam
asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein maka akan
menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada sampel kaldu dihasilkan warna
putih. Sampel kacang hijau dihasilkan warna kuning, sedangkan untuk sampel
putih telur, susu, dan susu kedelai dihasilkan warna merah. Dimana hal tersebut
diatas menunjukkan bahwa dengan uji warna millon didalam sampel tersebut
terdapat unsur protein. Kecuali pada sampel kacang hijau yang mungkin terjadi
kekeliruan dalam percobaannya.
Sedangkan untuk uji Ninhidrin
terjadi apabila ninhidrin dipanaskan bersama asam amino maka akan terbentuk
kompleks berwarna. Dalam uji
warna ini akan terbentuk warna biru atau ungu. Untuk sampel kacang hijau
diperoleh warna kuning dan sampel kaldu diperoleh warna kaldu, dimana hal
tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada mungkin dikarenakan adanya kurang
ketelitian dalam melakukan percobaan. Sedangkan untuk sampel putih telur, susu,
susu kedelai diperoleh warna ungu sudah pasti telah menunjukkan adanya protein
dalam sampel tersebut.
Selanjutnya adalah percobaan mengenai pengendapan
protein, dimana pada praktikum kali ini pengendapan yang dilakukan adalah
pengendapan dengan amonium sulfat dan pengendapan dengan mineral pekat. Dalam
pemgendapan dengan amonium sulfat pada semua sampel yang diuji menunjukkan
adanya pengendapan larut. Hal tersebut menunjukkan bahwa suatu protein dapat
diendapkan. Sedangkan untuk pengendapan dengan mineral pekat hanya dilakukan
pada sampel susu dan susu kedelai. Dimana pada sampel susu jika dengan 1 ml
HNO3 telah terjadi endapan. Untuk sampel kedelai pada percobaan kedua yaitu
dengan 2 ml HCl baru terjadi pengendapan. Sesuai dengan teori bahwa pengendapan
protein terjadi dikarenakan adanya gugus fungsional dan bentuk ion ganda
(switzer ion) yang terdapat pada sruktur protein yang telah dicampurkan
sebelumnya.
BAB V
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
·
Dalam
melakukan analisis dan identifikasi protein dapat dilakukan dengan cara uji
warna dan dengan melihat adanya endapan protein serta denaturasi dari protein
tersebut.
·
Dalam uji
warna protein dan asam amino dilakukan dengan uji biuret (ungu), uji
nihidrin(biru atau ungu), uji millon (merah) dan uji xanthoprotein (kuning).
·
Didalam
protein mengandung adanya unsur N.
·
Protein juga
dapat mengalami denaturasi yang disebabkan oleh tekanan tinggi, bahan kimiawi,
penyinaran oleh sinar x dan ultraviolet serta pemanasan.
·
Protein dan
asam amino juga dapan terjadi pengendapan bila direaksikan dengan amonium
sulfat, asam mineral pekat, dan logam berat.
6.2 Saran
·
Dalam proses percobaan sebaiknya praktikan diharapkan
dapat menjaga ketertiban didalam ruangan praktikum agar praktikum yang
dilaksanakan dengan baik.
·
Sebaiknya alat-alat yang ada dilaboratorium, lebih
dilengkapi lagi. Seperti alat penangas, sehingga tidak perlu mengantri terlalu
lama dalam melakukan pemanasan.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan :
a. asam amino alfa :
Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α).
Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α).
b. Protein :
protein merupakan komponenen utama semua sel hidup yang berfungsi sebgai pembentuk struktur sel yang menghasilkan hormon, enzim dam lain-lain.
protein merupakan komponenen utama semua sel hidup yang berfungsi sebgai pembentuk struktur sel yang menghasilkan hormon, enzim dam lain-lain.
Protein
sederhana :
adalah protein yang hanya terdiri dari polipeptida saja.
adalah protein yang hanya terdiri dari polipeptida saja.
c. Gugus fungsional :
Gugus fungsional (istilah dalam kimia organik) adalah kelompok gugus khusus pada atom dalam molekul, yang berperan dalam memberi karakteristik reaksi kimia pada molekul tersebut. Senyawa yang bergugus fungsional sama memiliki reaksi kimia yang sama atau mirip.
Gugus fungsional (istilah dalam kimia organik) adalah kelompok gugus khusus pada atom dalam molekul, yang berperan dalam memberi karakteristik reaksi kimia pada molekul tersebut. Senyawa yang bergugus fungsional sama memiliki reaksi kimia yang sama atau mirip.
d. Polipeptida :
Polipeptida merupakan rangkaian asam amino . Polipeptida dibentuk menjadi protein structural dan fungsional sel.
Polipeptida merupakan rangkaian asam amino . Polipeptida dibentuk menjadi protein structural dan fungsional sel.
e. Ikatan Peptida :
Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon pada gugus karboksil suatu molekul berbagi elektron dengan atom nitrogen pada gugus amina molekul lainnya. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kondensasi, hal ini ditandai dengan lepasnya molekul air ketika reaksi berlangsung. Hasil dari ikatan ini merupakan ikatan CO-NH, dan menghasilkan molekul yang disebut amida. Ikatan peptida ini dapat menyerap panjang gelombang 190-230 nm.
Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon pada gugus karboksil suatu molekul berbagi elektron dengan atom nitrogen pada gugus amina molekul lainnya. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kondensasi, hal ini ditandai dengan lepasnya molekul air ketika reaksi berlangsung. Hasil dari ikatan ini merupakan ikatan CO-NH, dan menghasilkan molekul yang disebut amida. Ikatan peptida ini dapat menyerap panjang gelombang 190-230 nm.
Protein
Majemuk :
protein majemuk adalah protein yang mengandung zat-zat makanan tambahan seperti hern, karbohidrat, lipid atau asam nukleat.
protein majemuk adalah protein yang mengandung zat-zat makanan tambahan seperti hern, karbohidrat, lipid atau asam nukleat.
2. Apakah protein globular itu? Faktor
apakah yang mempengaruhi bentuk dan kelarutannya, mengapa pula protein ini arut
dalam air ?
Protein
yang ditandai dengan
rantai polipeptida yang berlipat dan melingkar membentuk globular padat
dan kompak, dengan aksio rasial < 10, yaitu 3 – 4. Faktor yang mempengaruhi bentuk dan
kelarutannya serta takut dalam air adalah rantai polipeptida berlipat dengan
gugus R polar pada sebelah luar dan gugus R hidrofob pada sebelah dalam molekul
protein.
3. Bagaimana sruktur protein serabut :
protein yang rantai polipeptidanya memanjang
membentuk seperti serat dan saling melilit pada satu sumbu dengan
rasio aksial > 10 . strukturnya adalah membentuk memanjang.
4. Uraikan perbedaan antara
turunan protein primer dengan turunan protein sekunder :
turunan protein primer berkaitan dengan identitas, jumlah relatif, dan
rangkaian urutan asam amino yang ada dalam rantai polipeptida. Sedangkan
turunan protein sekunder adalah berkaitan dengan kemampuan tulang punggung
rantai polipeptida yang distabilkan oleh ikatan hidrogen.
5. Uji warna apakah yang
kira-kira dapat menunjukkan telah terjadinya suatu hidrolisis sempurna protein
:
uji biuret dan uji xanthoprotein.
6. Sebutkan asam-asam amino
yang memiliki :
cincin benzen : Trytophan dan phenylalanin.
gugus hidroksil : Serine, Threonine, Tyrosine, Glutamine
gugus guanidium :
gugus indol :
gugus hidroksil : Serine, Threonine, Tyrosine, Glutamine
gugus guanidium :
gugus indol :
7. Mengapa kulit kita akan
berwarna kuning bila terkena asam nitrat ? terangkan?
Asam Nitrat,
yang dikenal juga dengan Aqua Fortis merupakan Zat yang Sangat Korosif dan
merupakan Asam Yang sangat Beracun.
8. Coba terangkan apakah yang dimaksud dengan denaturasi
protein itu ? dan faktor penyebabnya?
Denaturasi
protein adalah suatu keadaan telah terjadinya perubahan struktur protein yang
mencakup perubahan bentuk dan lipatan molekul, tanpa menyebabkan pemutusan atau
kerusakan lipatan antar asam amino dan struktur primer protein.
faktor penyebabnya adalah tekanan yang tinggi, bahan kimiawi, penyinaran oleh sinar x dan ultra violet, serta pemanasan.
faktor penyebabnya adalah tekanan yang tinggi, bahan kimiawi, penyinaran oleh sinar x dan ultra violet, serta pemanasan.
9. Putih telur dan susu sering digunakan sebagai zat
penawar pada keracunan logam berat jelaskan?
karena
didalam susu maupun protein terdapat zat penetral jika ada bahan yang tidak
diinginkan oleh tubuh masuk kedalam tubuh.
10. Asam pikrat dan asam anmat sering
pula digunakan untuk pengobatan luka-luka bakar. Mengapa?
Larutan protein dapat digumpalkan
atau diendapkan oleh pengaruh pemanasan, radiasi atau pengaruh penambahan bahan
kimia tertentu. Hanya beberapa protein saja yang tidak dapat digumpalkan atau
diendapkan dengan cara-cara tersebut di atas. Reaksi penggumpalan atau
pengendapan protein pada umumnya adalah reaksi ireversibel.
Cara kerja desinfektan dalam membunuh bakteri adalah
berdasarkan reaksi ini, yaitu protein bakteri akan digumpalkan oleh desinfektan
tersebut sehingga bakteri mati. Beberapa reaksi penggumpalan protein dalam
tubuh pada keadaan normal mutlak diperlukan, misalnya reaksi penggumpalan darah
pada saat luka atau reaksi penggumpalan kasein dalam lambung sebelum dicerna
oleh pepsin
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R.J and Fessenden,
J. S. 1989. Kimia Organik jilid II.
Erlangga: Jakarta
Girindra, A.
1986. Biokimia I. Gramedia, Jakarta.
Harper, et al. 1980. Biokimia(Review of Physiologycal Chemistry).
Edisi 17. EGC: Jakarta
Hart,H,
1987, KIMIA ORGANIK, alih bahasa:
Sumanir Ahmadi, Erlangga, Jakarta
Lehninger,
A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya. Erlangga,
Jakarta
Muchtadi,
D., Nurheni Sri Palupi, dan Made Astawan. 1992. Metode kimia biokimia dan biologi dalam evaluasi nilai gizi pangan
olahan. Hal.: 5-28, 82-92, dan 119-121.
Ophart, C. E. 2003. Virtual Chembook. Elmhurst college
Ridwan, S.
1990. Kimia Organik edisi I. Binarupa
Aksara: Jakarta
Routh, J.I,
1969, ESSENTIAL of GENERAL ORGANIC and BIOCHEMISTRY, W.B.Sounders Company, Philadelphia
Wibowo, luqman. 2009. Deskripsi dan macam-macam tingkatan struktur
protein. Bandung
Winarno,
F.G, 1997, KIMIA PANGAN dan GIZI,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar