1.1 Latar
Belakang
Dinamika di alam adalah suatu kenyataan yang tidak dapat diingkari. Segala
sesuatu yang sekarang ada sebenarnya hanyalah merupakan suatu stadium dari
deretan proses perubahan yang tidak pernah ada akhirnya. Keadaan keseimbangan
yang tampaknya begitu mantap, hanyalah bersifat relatif karena keadaan itu
segera akan berubah jika salah satu dari komponennya mengalami perubahan.
Seiring bertambahnya waktu, perlahan-lahan suatu ekosistem akan mengalami
perubahan dari kondisi semula. Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut sangat
mudah untuk diamati dan biasanya dalam perubahan itu terdapat pergantian
komunitas dalam ekosistem tersebut.
Lucy E. Braun (1956) mengatakan bahwa vegetasi merupakan sistem yang dinamik,
sebentar menunjukkan pergantian yang kompleks kemudian nampak tenang, dan bila
dilihat hubungan dengan habitatnya, akan nampak jelas pergantiannya setelah
mencapai keseimbangan. Pengamatan yang lama pada pergantian vegetasi di alam
menghasilkan konsep suksesi.
Suksesi vegetasi menurut Odum adalah urutan proses pergantian komunitas
tanaman di dalam satu kesatuan habitat, sedangkan menurut Salisbury adalah
kecenderungan kompetitif setiap individu dalam setiap fase perkembangan sampai
mencapai klimaks, dan menurut Clements adalah proses alami dengan terjadinya
koloni yang bergantian, biasanya dari koloni sederhana ke yang lebih kompleks.
Odum (1971) mengatakan bahwa adanya pergantian komunitas cenderung mengubah
lingkungan fisik sehingga habitat cocok untuk komunitas lain sampai
keseimbangan biotik dan abiotik tercapai.
Komunitas yang terdiri dari beberapa populasi bersifat dinamis dalam
interaksinya yang berarti dalam ekosistem mengalami perubahan sepanjang
masa.Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan disebut suksesi
ekologi atau suksesi.Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan
fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah
komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang
(homeostatis).
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan pembahasan yaitu mengenai suksesi ekologi,
maka dapat saya rumuskan beberapa permasalahan, diantaranya :
1. Mendefinisikan
suksesi.
2. Menjelaskan
faktor penyebab suksesi.
3. Memaparkan
proses/tahapan suksesi.
4. Menjelaskan
macam-macam suksesi.
5. Memaparkan
konsep klimaks pada proses suksesi
6. Menjelaskan
definisi sere dan macam-macamnya.
1.3 Tujuan
Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini antara lain
untuk :
1.
Mengetahui
definisi suksesi.
2.
Mengetahui
faktor-faktor penyebab suksesi.
3.
Memahami
proses/tahapan suksesi.
4.
Mengetahui
macam-macam suksesi.
5.
Memahami
konsep klimaks pada proses suksesi.
6.
Mengetahui
pengertian sere dan macam-macamnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Suksesi
Istilah suksesi
digunakan pertama kali oleh Hult pada tahun 1885 dalam studi tentang perubahan
pada komunitas. Dasar studi suksesi sendiri dicetuskan oleh Cowles pada tahun
1899, sedangkan prinsip-prinsip dan teori suksesi dikemukakan secara mendalam
dan seksama oleh Clement pada masa setelah Clowes, yaitu tahun 1907.(Gopal dan
Bharwaj, 1979).
Beberapa pengertian
tentang istilah suksesi dikemukakan sebagai berikut :
1. Suksesi yaitu perubahan langsung secara keseluruhan pada selang waktu lama,
bersifat kumulatif, dari dalam komunitas tertentu, dan terjadi pada tempat yang
sama (Gopal dan Bharwaj, 1979).
2. Suksesi yaitu proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke
satu arah, berlangsung lambat, secara teratur, pasti, dan dapat diramalkan
(Irwan,1992).
3. Suksesi yaitu perubahan dalam komunitas yang berlangsung secara teratur dan
menuju ke satu arah (Resosoedarmo dkk,1986)
4. Suksesi yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam komunitas atau
ekosistem yang timbulnya menyebabkan timbulnya penggantian dari satu komunitas
atau ekosistem oleh komunitas atau ekosistem yang lain(Kendeigh,1980).
Suksesi ekologis
adalah komunitas yang terdiri dari berbagai populasi bersifat dinamis dalam
interaksinya, dan dalam ekosistemnya mengalami perubahan sepanjang masa.
Perkembangan ekosistem tersebut menuju kedewasaan dan keseimbangan. Suksesi
terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau
ekosistem.
Akhir proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk komunitas klimaks. Komunitas klimaks adalah suatu
komunitas terakhir dan stabil (tidak
berubah) yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitas
klimaks ditandai dengan tercapainya homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu
komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan
dan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan.
Beberapa ahli mengatakan bahwa proses suksesi selalu progresif artinya
selalu mengalami kemajuan, sehingga membawa pengertian kepada dua hal, yaitu :
1. Pergantian progresif pada kondisi tanah
(habitat) yang biasanya pergantian itu dari habitat yang ekstrim ke optimum
untuk pertumbuhan vegetasi.
2. Pergantian progresif dalam bentuk pertumbuhan (life form).
Namun demikian perubahan-perubahan vegetasi tersebut bisa mencakup
hilangnya jenis-jenis tertentu dan dapat pula suatu penurunan kompleksitas
struktural sebagai akibat dari degradasi setempat. Keadaan seperti itu mungkin
saja terjadi misalnya hilangnya mineral dalam tanah. Perubahan vegetasi seperti
itu dapat dikatakan sebagai suksesi retrogresif atau regresi (suksesi yang
mengalami kemunduran).
2.2 Faktor Penyebab
Suksesi
1.
Iklim
Tumbuhan tidak akan
dapat teratur dengan adanya variasi yang lebar dalam waktu yang lama. Fluktuasi
keadaan iklim kadang-kadang membawa akibat rusaknya vegetasi baik sebagian
maupun seluruhnya. Dan akhirnya suatu tempat yang baru (kosong) berkembang
menjadi lebih baik (daya adaptasinya besar) dan mengubah kondisi iklim.
Kekeringan, hujan salju/air dan kilat seringkali membawa keadaan yang tidak
menguntungkan pada vegetasi.
2. Topografi
Suksesi terjadi
karena adanya perubahan kondisi tanah, antara lain :
a. Erosi
Erosi dapat terjadi
karena angin, air dan hujan. Dalam proses erosi tanah menjadi kosong kemudian
terjadi penyebaran biji oleh angin (migrasi) dan akhirnya proses suksesi
dimulai.
b. Pengendapan (denudasi)
Erosi yang melarutkan
lapisan tanah, di suatu tempat tanah diendapkan sehingga menutupi vegetasi yang
ada dan merusakkannya. Kerusakan vegetasi menyebabkan suksesi berulang kembali
di tempat tersebut.
3. Biotik
Pemakan tumbuhan
seperti serangga yang merupakan pengganggu di lahan pertanian demikian pula
penyakit mengakibatkan kerusakan vegetasi. Di padang penggembalaan, hutan yang
ditebang, panen menyebabkan tumbuhan tumbuh kembali dari awal atau bila rusak
berat berganti vegetasi.
2.3 Proses Suksesi
Proses suksesi dapat terjadi melalui
beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :
1. Kolonisasi
Tahap awal dari suksesi adalah
kolonisasi, selama tahap tersebut habitat yang kosong dipenuhi oleh oragisme –
organisme. Kolonisasi ini memerlukan :
a. Organisme tersebut
sampai dilokasi
b. Organisme
tersebut menjadi mantap disana. Kemampuan organisme untuk sampai pada suatu
tempat tergantung pada kemampuan dispersal individu tersebut dan isolasi yang
ada pada daerah tersebut.
2. Modifikasi Tempat
Dari tahap kolonisasi, organisme –
organisme yang berdiam di daerah itu akan mengubah sifat – sifat tempat
tersebut. Koloni awal dari suksesi primer pada daerah terestial biasanya adalah
mikroorganisme – mikroorganisme tanah seperti misalnya lichenes (lumut kerak)
yang memperbanyak koloni permulaan dari bebatuan vulkanik. Organisme ini akan
mempengaruhi sifat – sifat batuan yang didiami.
3. Variabilitas Ruang
Tahap berikutnya yaitu modifikasi
ruang merupakan peningkatan variablitas ruang (spasial) habitat. Contohnya
adalah Dryas drummndii adalah tanaman
pembentuk hutan yang terpenting pada suksesi awal di Alaska. Tumbuhan ini
menghasilkan gradien sifat tanah. Bahan organik tanah bervariasi pada bagian
tengah hutan dan pada bagian tepi hutan. Penutupan vegetasi umumnya berpengaruh
pada perbaikan temperatur, cahaya dan evaporasi. Oleh karena itu, transpirasi hutan akan cenderung menciptakan
kelembapan internal yang tinggi, kehilangan air dari organisme yang ada dihutan
mungkin akan berkurang. Temperatur udara akan lebih rendah dalam tegakan
suksesi yang lebih tua.
Selain
itu, Clements (1974) membedakan 6 sub komponen dalam proses suksesi yaitu :
1. Nudasi : terbukanya lahan, bersih dari vegetasi
2. Migrasi : tersebarnya biji
3. Eksesis : proses perkecambahan, pertumbuhan dan
reproduksi
4. Kompetisi : adanya pergantian spesies
5. Reaksi : perubahan habitat karena aktivitas spesies
6. Klimaks : komunitas stabil
Proses suksesi sangat
beragam, tergantung kondisi lingkungan. Proses suksesi pada daerah hangat,
lembab, dan subur dapat berlangsung selama seratus tahun. Kecepatan proses
suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
1.
Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan.
2.
Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu.
3.
Kehadiran pemencar benih.
4.
Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran biji,
sporam dan benih serta curah hujan.
5.
Jenis substrat baru yang terbentuk
6.
Sifat – sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
Proses Suksesi
2.4 Macam-macam Suksesi
Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam
suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
1. Suksesi Primer
Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat
gangguan yang mengakibatkan komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat baru.
Gangguan tersebut dapat
terjadi secara alami maupun oleh campur tangan manusia. Gangguan
secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan gunung berapi, dan endapan
lumpur di muara sungai. Gangguan oleh campur tangan manusia dapat berupa
kegiatan penambangan (batu bara, timah, dan minyak bumi). Terdapat beberapa ciri-ciri dari suksesi Primer, antara lain :



Suksesi primer ini diawali tumbuhnya tumbuhan pionir,
biasanya berupa
lumut kerak. Lumut kerak mampu melapukkan batuan menjadi tanah sederhana. Lumut kerak yang mati akan
diuraikan oleh pengurai menjadi zat
anorganik. Zat anorganik ini memperkaya nutrien pada tanah sederhana
sehingga terbentuk tanah yang lebih kompleks. Benih
yang jatuh pada tempat tersebut akan tumbuh subur. Setelah itu, akan tumbuh rumput, semak, perdu, dan pepohonan. Bersamaan dengan itu pula hewan
mulai memasuki komunitas yang baru terbentuk.
Proses Suksesi Primer
Hal ini dapat terjadi karena suksesi komunitas tumbuhan biasanya selalu diikuti dengan suksesi komunitas hewan.
Secara langsung atau tidak langsung.
Hal ini karena sumber makanan hewan berupa tumbuhan sehingga keberadaan
hewan pada suatu wilayah komunitas tumbuhan akan senantiasa menyesuaikan diri
dengan jenis tumbuhan yang ada. Akhirnya terbentuklah komunitas klimaks atau
ekosistem seimbang yang tahan terhadap perubahan (bersifat homeostatis). Salah satu
contoh suksesi primer yaitu peristiwa meletusnya gunung Krakatau. Setelah
letusan itu, bagian pulau yang tersisa tertutup
oleh batu apung dan abu sampai kedalaman rata – rata 30 m.
Suksesi
primer pada Pulau Anak Krakatau
2. Suksesi sekunder
Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak
bersifat merusak total tempat komunitas
tersebut sehingga masih terdapat kehidupan/substrat seperti sebelumnya.
Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari
komunitas pionir.
Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari
peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya angin
topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik,
dan kekeringan hutan. Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya
adalah pembukaan areal hutan.
Proses suksesi sangat terkait dengan
faktor lingkungan, seperti letak lintang, iklim, dan
tanah. Lingkungan sangat menentukan pembentukkan struktur komunitas
klimaks. Misalnya, jika proses suksesi
berlangsung di daerah beriklim kering, maka proses tersebut akan terhenti
(klimaks) pada tahap komunitas rumput, jika berlangsung di daerah beriklim dingin dan
basah, maka proses suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer, serta
jika berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah, maka kegiatan yang sama
akan terhenti pada hutan hujan tropis.
Suksesi sekunder
karena penebangan hutan
2.5 Konsep Klimaks
Teori tradisional menyatakan bahwa suksesi
ekologi mengarah pada suatu komunitas akhir yang stabil yaitu klimaks. Pada
klimaks ini mempunyai sifat – sifat tertentu, dan yang penting adalah :
a. Fase klimaks
merupakan sistem yang stabil dalam keseimbangan antara lingkungan biologi dengan
non-biologi.
b. Komposisi
jenis pada fase klimaks relatif tetap atau tidak berubah.
c. Pada fase
klimaks tidak ada akumulasi tahunan berlebihan dai materi organik, sehingga
tidak ada perubahan yang berarti.
d. Fase klimaks
dapat mengelola diri sendiri atau mandiri.
Di dalam kondisi klimaks ini makhluk hidup dapat mengatur dirinya sendiri dan dapat
mengolah habitat sedemikian rupa sehingga cenderung untuk melawan inovasi baru.
Di dalam konsep klimaks ini Clements berpendapat :
1. Suksesi dimulai dari kondisi lingkungan yang
berbeda, tetapi akhirnya punya klimaks yang sama.
2. Klimaks hanya dapat dicapai dengan kondisi iklim
tertentu, sehingga klimaks dengan iklim itu saling berhubungan.
3. Setiap kelompok vegetasi masing-masing mempunyai
klimaks.
Terdapat beberapa
jenis klimaks berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, diantaranya :
1. Klimaks klimatik, klimaks yang dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu.
Karena iklim sendiri
menentukan pembentukan klimaks maka dapat dikatakan bahwa klimaks klimatik
dicapai pada saat kondisi fisik di sub stratum tidak begitu ekstrem untuk
mengadakan perubahan terhadap kebiasaan iklim di suatu wilayah.
2. Klimaks edafik, klimaks yang dimodifikasi
begitu besar oleh kondisi fisik tanah seperti topografi dan kandungan air.
Secara relatif vegetasi dapat mencapai kestabilan lain dari klimatik atau
klimaks yang sebenarnya di suatu wilayah. Hal ini disebabkan adanya tanah
habitat yang mempunyai karakteristik yang tersendiri.
3. Sub klimaks, adakalanya
vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks, oleh beberapa faktor selain iklim.
Misalnya adanya penebangan, dipakai untuk penggembalaan hewan, tergenang dan
lain-lain. Dengan demikian vegetasi dalam tahap perkembangan yang tidak
sempurna (tahap sebelum klimaks yang sebenarnya) baik oleh faktor alam atau
buatan. Komunitas tanaman sub klimaks akan cenderung untuk mencapai klimaks
sebenarnya jika faktor-faktor penghalang/penghambat dihilangkan.
4. Disklimaks, gangguan
dapat menyebabkan modifikasi klimaks yang sebenarnya dan ini menyebabkan
terbentuknya sub klimaks yang berubah (termodifikasi). Sebagai contoh vegetasi
terbakar menyebabkan tumbuh dan berkembangnya vegetasi yang sesuai dengan tanah
bekas terbakar tersebut. Odum (1961) mengistilahkan klimaks tersebut dengan pyrix
klimaks. Tumbuh-tumbuhan yang dominan pada pyrix klimaks antara lain : Melastoma
polyanthum, Melaleuca leucadendron dan Macaranga sp.
5. Pra klimaks (pre Klimaks), jika
pergantian iklim secara temporer menghentikan perkembangan vegetasi sebelum
mencapai klimaks yang diharapkan.
Berhubungan dengan berbagai klimaks maka terdapat kekaburan arti klimaks.
Oleh karena terjadi ketidaksepakatan kemudian berkembang tiga teori klimaks
dengan argumentasi masing-masing, yaitu :
1. Teori Monoklimaks
Teori ini
dipelopori oleh Clements yang menyatakan bahwa teori klimaks berkembang dan
terjadi hanya satu kali. Hal ini merupakan klimaks klimatik di suatu wilayah
iklim utama.
2. Teori Poliklimaks
Klimaks
merupakan keadaan komunitas yang stabil dan mandiri sehingga pada suatu habitat
dapat terjadi sejumlah klimaks karena kondisi selain iklim yang berbeda.
3. Teori informasi
Teori ini
dikemukakan oleh Odum dan merupakan teori sebagai jalan tengah antara teori monoklimaks
dan teori poliklimaks.
2.6 Sere
Suksesi tanaman merupakan perubahan keadaan tanaman. Suksesi yang menempati
habitat utama disebut Sere. Sedangkan variasi yang terjadi diantaranya
disebut Seral. Komunitas yang timbul pada susunan itu disebut Komunitas
Seral. Biasanya komunitas seral itu tidak tampak dengan jelas, mereka kenal
hanya karena beberapa spesies tanaman dominan tumbuh diantaranya. Tumbuhan
pertama yang tumbuh di habitat yang kosong disebut tanaman Pioner.
Lazimnya suksesi tanaman tidak menunjukkan suatu seri tingkat-tingkat atau
tahap-tahap tetapi terus menerus dan merupakan pergantian yang lambat dan
kompleks. Penempatan individu vegetasi ini individu per individu, dan tidak
merupakan loncatan-loncatan dari suatu komunitas dominan ke komunitas dominan
yang lain. Spesies dominan dari suatu komunitas akan tetap stabil dalam jangka
waktu yang lama. Kemudian akan bercampur dengan vegetasi baru. Vegetasi baru
ini mungkin menggantikan vegetasi yang telah ada tetapi mungkin juga tidak
(bila komunitas yang baru itu tidak menghendaki kondisi yang diciptakan menjadi
dominan terutama dari segi kondisi pencahayaan).
Jika habitat menjadi ekstrem tidak memenuhi syarat untuk tumbuhnya
tanaman-tanaman maka timbul tanaman dari komunitas berikutnya yang sesuai
dengan lingkungan yang baru, kemudian tanaman ini menjadi dominan. Setelah
beberapa kali mengalami pergantian semacam itu, suatu saat habitat akan terisi
oleh spesies-spesies yang sesuai dan mampu bereproduksi dengan baik. Sehingga
proses ini mencapai Komunitas Klimaks yang matang,
dominan, dapat memelihara dirinya sendiri dan selanjutnya bila ada pergantian,
maka pergantian itu relatif sangat lambat.
Telah dijelaskan bahwa akhir suksesi adalah
terbentuknya suatu komunitas klimaks. Berdasarkan tempat terbentuknya, terdapat
tiga jenis komunitas klimaks sebagai berikut :
1. Hidrosere
Hidrosere yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air tawar. Tipe
suksesi yang berkembang di daerah (habitat) perairan yang biasanya disebut Hidrarch. Tipe suksesi ini tidak
memerlukan komunitas aquatik untuk menuju ke perkembangan komunitas daratan.
Jika air yang ada itu dalam jumlah cukup besar dan sangat dalam atau jika air
selalu bergerak kuat (beratus atau bergelombang) atau adanya kekuatan fisik
lain, suksesi menghasilkan suatu komunitas aquatik yang stabil dan sukar
mengalami pergantian. Jadi suksesi ini hanya terjadi jika kolonisasi komunitas
tumbuhan menempati kolam buatan yang kecil dan dangkal, serta diikuti
terjadinya erosi tanah di tepi danau, sehingga batas air akan semakin kecil dan
hilang setelah waktu yang lama. Sebagai pelopor adalah tumbuhan air yang
terendam, kemudian dirusak tumbuhan terapung seperti eceng gondok, kemudian
rumput rawa,
rumput daratan, semak dan akhirnya pohon.
Pada kolam, eceng gondok berangsur-angsur akan
menutup permukaan air, kemudian akumulasi seresahnya baru menumpuk di dasar
kolam dan lama kemudian mengubah kolam menjadi rawa dengan jenis tumbuhan baru
yang mematikan jenis tumbuhan sebelumnya. Secara berangsur-angsur kemudian
habitat yang lebih kering dengan aerasi yang lebih baik yang akhirnya akan
terjadi tanah yang cukup matang dan tebal.
2.
Halosere
Halosere yaitu
suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau. Suksesi ini dimulai
pada tanah bergaram atau air asin. Biasanya pada daerah rawa yang habis
terkikis oleh air.
3. Xerosere
Xerosere yaitu
sukses yang terbentuk di daerah gurun. Suksesi vegetasi yang berkembang dalam
daerah xerik atau kering, biasanya disebut xerarch. Ada tiga macam xerosere, yaitu:



Suksesi xerik
biasanya terjadi pada lahan yang tinggal batuan induknya saja. Dengan demikian
tumbuhan yang mampu hidup disitu harus tumbuhan yang tahan kering dan mampu
hidup di tanah miskin. Tumbuhan yang biasanya merupakan pioner adalah lumut
kerak (Lichenes) dalam bentuk lapisan
kerak. Dalam proses respirasi Lichenes
akan mengeluarakan CO2 dan akan bereaksi dengan H2O
sehingga menjadi H2CO3. Asam karbonat ini akan bereaksi
dengan bahan-bahan dari batuan induk sehingga melepaskan ikatan partikel
batuan. Partikel batuan yang lepas itu akan bereaksi dengan sisa-sisa Lichenes
yang mengalami pembusukan, mengikat Nitrogen yang terbawa oleh air hujan. Kondisi seperti
itu tidak sesuai lagi bagi lumut kerak sehingga lumut kerak mati. Setelah itu
akan muncul vegetasi jenis lain yaitu Thallus (Thallophyta). Begitu seterusnya vegetasi pertama akan memberikan
pengaruh pada habitat yang tidak cocok untuk vegetasi kedua.
Urutan-urutan terjadinya proses
xerosere :
Lumut kerak lumut kerak berdaun lumut rumput-rumputan (herbaceus)
semak-semak (shrubs) pohon-pohonan.
Tidak semua proses suksesi xerik
seperti di atas. Kalau habitat permukaannya merupakan pasir maka akan dimulai
oleh rumput tahan kering, baru kemudian semak dan pohon-pohonan.
BAB III
KESIMPULAN
Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur
yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas
semula. Dengan perkataan lain. suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan
ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai
akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem.
Terdapat beberapa
faktor penyebab suksesi, yaitu :
1. Iklim
2. Topografi
3. Biotik
Proses suksesi dapat terjadi melalui
beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :
1. Kolonisasi
2. Modifikasi tempat
3. Variabilitas ruang
Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam
suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
1. Suksesi Primer
Suksesi primer terjadi
jika suatu komunitas mendapat gangguan yang mengakibatkan
komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat baru.
Gangguan tersebut dapat terjadi secara alami maupun oleh campur tangan manusia. Gangguan
secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan gunung berapi, dan endapan
lumpur di muara sungai. Gangguan oleh campur tangan manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara,
timah, dan minyak bumi).
2. Suksesi sekunder
Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan
terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut
sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi
sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir.
Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari
peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya angina
topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik,
dan kekeringan hutan. Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia contohnya
adalah pembukaan areal hutan.
Teori tradisional menyatakan bahwa
suksesi ekologi mengarah pada suatu komunitas akhir yang stabil yaitu klimaks.
Pada klimaks ini mempunyai sifat – sifat tertentu, dan yang penting adalah :
a. Fase klimaks
merupakan sistem yang stabil dalam keseimbangan antara lingkungan biologi
dengan non-biologi.
b. Komposisi
jenis pada fase klimaks relatif tetap atau tidak berubah.
c. Pada fase
klimaks tidak ada akumulasi tahunan berlebihan dai materi organik, sehingga
tidak ada perubahan yang berarti.
d. Fase klimaks
dapat mengelola diri sendiri atau mandiri.
Suksesi tanaman merupakan perubahan keadaan tanaman. Suksesi yang menempati
habitat utama disebut Sere.
Sedangkan variasi yang terjadi diantaranya disebut Seral. Terdapat tiga tipe sere
berdasarkan habitat, yaitu :
1. Hidrosere, yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air tawar.
2. Halosere, yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air
payau.
3. Xerosere, yaitu sukses yang terbentuk di daerah gurun (kering).
KESIMPULAN
Suksesi
adalah Komunitas yang terdiri dari berbagai populasi bersifat dinamis dalam
intraksinya yang berarti dalam ekosistem mengalami perubahan sepanjang
masa.perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan dikenal sebagai
suksesi ekologis atau suksesi. Suksesi ada dua macam yaitu suksesi sekunder dan
suksesi primer. Contoh suksesi primer Longsor,Letusan gunung,berapi Endapan lumpur
di muara sungai. Contoh suksesi skunderbanjir,Gelombang tsunami Kencangan angin Kebakaran
hutan. Berdasarkan tempat terbentuknya ada 3 jenis komunitas klimaks
yaitu: Hidroser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air tawar,Haloser
yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau,Xeroser yaitu suksesi yang
terbentuk di daerah gurun.
DAFTAR PUSTAKA
Arianto. 2008. Pengertian
Suksesi [serial online] http://sobatbaru.blogspot.com
/2008/06/pengertian-suksesi.html [18 Desember 2011]
Irwanto, 2010. Tahap-tahap
Perkembangan Suksesi [serial online] http://irwantoshut.blogspot.com/2010/03/tahap-tahap-perkembangan-suksesi.html [18 Desember 2011]
Michael, P., 1996. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan
Laboratorium. Jakarta : UI Press.
Odum, H. T., 1992. Ekologi Sistem Suatu Pengantar.
Yogyakarta : UGM Press.
Polunin, M., 1960. Pengantar Geografi dan Beberapa Ilmu
Serumpun. Yogyakarta : UGM Press,.
Soemarwoto, O., 1983. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan,.
Jakarta : Djambatan
Suharno, 1999, Biologi,
Jakarta : Erlangga.
Tim Dosen Ekologi Tumbuhan.
2011. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Jember : Universitas Jember
Tidak ada komentar:
Posting Komentar